Jalan Penyangkalan Diri
oleh Tito Colliander
Pendahuluan
Jalan Penyangkalan diri (Way of the Ascetics) merupakan perkenalan akan jalan sempit yang memimpin kepada hidup. Itu merupakan hal yang sederhana namun penjelasan yang sangat dalam mengenai kehidupan rohani yang diajarkan oleh Gereja Orthodox selama lebih dari 2000 tahun. Tulisan ini merupakan himpunan dari pengalaman-pengalaman bapa dan ibu asketis di padang gurun, dan inspirasi yang dalam kepada hidup rohani dari oranng-orang kudus. Pengingatan akan tulisan 'Tangga' oleh St. Yohanes Klimakus, "Jalan Penyangkalan diri" menggerakkan kita untuk memulai perjuangan kita naik dari keduniawian kepada Kerajaan Sorga.
Dalam zaman kita yang sangat dipengaruhi oleh new age (zaman baru) dan agama-agama buatan sendiri, gaya anjuran bapa-bapa gereja nan sederhana sangatlah menyejukkan. Dengan kondisi zaman kita yang rindu akan kesederhanaan dan mudah dipahami adalah hal yang sangat indah untuk mendapatkan inspirasi yang sederhana dan mudah dicerna dari mereka. Kami menyediakan bahan ini di internet untuk pertama kali dengan maksud agar mereka yang tergerak untuk sungguh-sungguh menghidupi kehidupan rohani dapat menerima petunjuk sederhana yang dapat menolong kita memulai berjalan di jalan yang telah teruji oleh waktu ke dalam Kerajaan Allah yang mulia.
Catatan dari Pengarang buku ini:
Karya ini dilandaskan pada tulisan-tulisan Bapa-bapa suci dari Gereja Orthodox dan berisi kutipan-kutipan langsung dan bebas, dengan tafsiran dan aplikasi praktis seperlunya.
Kutipan Alkitab diambil dari Authorized Version (dalam bahasa Inggris- penerjemah menggunakan Terjemahan Baru LAI-red), Mazmur teks asli berdasarkan Psalter Orthodox (Bahasa Indonesia menggunakan Mazmur LAI TB).
BAB Satu: Ikhtiar Yang Mantap dan Niat Teguh
Ilustrasi: Patriakh Pavle dari Serbia, penuh kenangan akan kesalehan. |
Jika anda ingin menyelamatkan jiwamu dan mendapatkan hidup yang kekal, bangkitlah dari rasa malasmu, buatlah tanda Salib dan ucapkanlah:
"Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin".
Iman datang bukan semata dari merenung-renung melainkan melalui bertindak. Bukan kata-kata atau olah pikir belaka namun pengalamanlah yang mengajarkan kita akan Allah. Seperti ini: jika kita ingin udara sejuk dari luar masuk ke ruangan kita, maka kita harus membuka jendelanya; untuk memperoleh kulit cokelat merona kita harus keluar rumah dan mendapat sinar matahari. Menerima iman tidaklah jauh berbeda dengan itu; kita tidak akan sampai ke sana kalau hanya duduk manis ongkang kaki dan menunggu, demikian kata para bapa suci. Kita perlu meneladani si Anak Bungsu yang hilang. "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. (Lukas 15:20)
Seberat apapun dan sedalam apapun kita terjerembab dalam kubangan keduniawian, tidak ada kata terlambat. Bukan tanpa alasan bahwa dalam Alkitab, Abraham berumur 75 tahun saat menerima perintah Allah untuk pergi ke Kanaan, begitu juga dalam perumpamaan Kristus, pekerja yang datang pada jam yang kesebelas mendapatkan upah yang sama dengan dia yang datang paling pertama.
Jangan pula beranggapan ini terlalu cepat[Nanti saja lah...-red].Lihat saja penyebab kebakaran hutan. Jika terlambat sedikit saja, tamatlah riwayatnya. Jiwa kita juga demikian: tidak bisa dibiarkan berlama-lama diberangus dan habis terbakar.
Saat dibaptis, anda menerima perintah untuk maju berperang dalam peperangan rohani melawan musuh dari jiwa kita; angkatlah senjata sekarang. Sudah terlalu lama kita menunda-nunda, tenggelam dalam rasa enggan dan malas sehingga waktu berharga kita terbuang percuma. Marilah kita mulai lagi dari awal: sebab kita sudah menyandarkan mahkota kemurnian yang kita terima dalam baptisan usang dan berdebu karena diabaikan.
Bangunlah, dengan segera, tanpa menunda-nunda lagi. Jangan tunda hal itu sampai "malam ini", atau "besok", atau "nanti, kalau saya sudah selesai dengan apa yang saya kerjakan sekarang."
Jangan. Sekarang juga adalah waktunya. Saat kita membuat niat dan ikhtiar, tunjukanlah dengan tindakan sederhana bahwa anda menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia yang baru. Bangkitlah, dan tanpa gentar katakanlah: "Ya Tuhan izinkanlah hamba memulainya sekarang, tolonglah hamba." Sebab apa yang sangat kita perlukan tidak lain adalah pertolongan dari Allah... Berpeganglah pada tujuan kita ini dan jangan menoleh ke belakang. Kita diberikan peringatan yang jelas akan hal ini dalam kisah istri Lot yang berubah jadi tiang garam saat menoleh ke belakang (Kejadian 19:26). Anda sudah melepaskan manusia lama; biarlah kulit lama itu dibuang. Sebagaimana Abraham, anda telah mendengarkan suara Tuhan: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (Kejadian 12:1). Ke arah tanah perjanjian itulah hendaknya kita mengarahkan perhatian kita.
No comments:
Post a Comment