Kini setelah kita memahami medan tempur yang akan kita hadapi, apa dan dimana sasaran kita, dan kita juga paham betul mengapa peperangan yang akan kita hadapi ini disebut sebagai peperangan tak kasat mata. Semua peperangan ini terjadi di dalam hati kita, dalam keheningan jauh di relung jiwa kita; dan ini juga menjadi hal pokok yang snagat penting untuk kita ingat wejangan dari para Bapa Suci: jagalah mulut kita dalam keheningan akan rahasia kita. Jika orang sauna membuka pintunya, maka panas uapnya akan memudar dan sia-sia saja mengharapkan panasnya uap.
Maka rahasiakanlah maksud muliamu ini. Jangan pamerkan kehidupan dan niatan baru yang engkau jalankan ini. Biarlah ini semata antara Anda dan Allah. Tentunya, satu pengecualian kepada bapak rohanimu. Keheningan sangatlah perlu karena segala omongan mengenai diri sendiri memupuk subur perhatian terhadap diri sendiri dan rasa mengandalkan diri. Hal-hal inilah yang justru harus dihempaskan dari mulanya! Melalui keheningan, rasa berserah kita bertumbuh di dalam dia yang melihat apa yang tersembunyi; melalui kesenyapan seseorang berbicara kepada Dia yang dapat mendengar tanpa kata-kata. Datang kepada-Nya adalah bagian dari ikhtiarmu; dan biarlah hanya di dalam Dia segala pengharapanmu, dalam kekekalan tidak akan ada kata-kata yang cukup untuk memuliakan-Nya.
Sadarilah bahwa segala yang terjadi denganmu, baik itu besar ataupun kecil, dikirimkan oleh Allah untuk menolongmu dalam pertempuran ini. Hanya Dia yang benar-benar mengerti apa yang engkau perlukan dan apa yang sesungguhnya engkau butuhkan saat ini: kesulitan atau kesejahteraan, ujian dan kejatuhan. Tidak ada sejatinya yang terjadi secara acak, yang tidak dapat Anda ambil pelajarannya; segera mengertilah hal ini, sebab dengan cara inilah imanmu bertumbuh di dalam Tuhan yang Anda ikuti.
Wejangan lain dari para kudus: engkau mesti melihat dirimu sebagai kanak-kanak yang mulai belajar bicara dan belajar berjalan. Segala kebijaksanaan duniawi dan skill yang kita miliki akan sia-sia saja dalam peperangan yang menantimu, dan pula semua status sosialmu dan kekayaanmu tidak berpengaruh. Kekayaan yang tidak digunakan untuk melayani Allah merupakan beban, dan pengetahuan yang tidak mengubahkan hati itu gersang dan justru membahayakan, sebab hal itu penuh prasangka. Itulah jenis pengetahuan yang 'telanjang' sebab tidak diselimuti kehangatan busana kasih. Anda harus menanggalkan pengetahuan diri yang semu, menjadi sederhana agar bertambah bijak, dan menjadi miskin di hadapan Allah agar diperkaya dengan iman, menjadi yang lemah agar menjadi kuat dalam kesejatian.
No comments:
Post a Comment