Sunday, February 5, 2017

Bab Tiga: Taman Hati



Hidup yang baru dalam pertobatan yang kita tapaki ini sering diumpamakan sebagai sebuah kebun. Tanah yang dia kerjakan itu dari Allah, begitu juga benih dan sinar mentari bahkan juga daya untuk bertumbuh. Namun usaha dan kerajinan diserahkan kepada pekerjanya.

Jika sang petani ingin agar panennya melimpah, dia harus berangkat pagi buta dan kembali sampai petang, menyiangi dan mencabuti rumputnya, mengairi dan membasmi hama, sebab perihal mengerjakan hasil dikelilingi banyak bahaya. Dia harus bekerja tanpa lelah, tekun, waspada, selalu siap; namun lebih-lebih lagi seluruh hasil panen itu bergantung kepada Allah.

Taman yang kita kerjakan dan pelihara adalah taman di hati kita; panennya adalah kehidupan kekal. Ialah kekal sebab ia berada di luar ruang dan waktu, tidak tergantung keadaan eksternal. Inilah hidup dalam kebebasan sejati, hidup dalam kasih dan terang, yang tidak mengenal batas, maka itu disebut kekal. Itulah kehidupan yang rohani dan di ranah rohani: wujud kodrat ilahi. Hidup itu dimulai dari sini namun tidak akan berakhir, tidak ada kekuatan di bumi yang mampu merampasnya, dan itu ditemukan di dalam hati manusia.

Tekanlah dirimu, kata St. Ishak dari Suriah, dan musuh-musuhmu nisacay mundur saat engkau mendekat. Berdamailah dengan dirimu, maka langit dan bumi niscaya berdamai denganmu. Berpeluhlah untuk masuk ke dalam ruang maha kudus di dalam hatimu dan engkau akan melihat sorga, sebab mereka itu sama dan satu, dan ketika engkau masuk, engkau memasuki hal yang sama. Tangga kepada Kerajaan itu ada dalam engkau, tersembunyi dalam jiwamu. Hempaskanlah beban dosa di dalam hatimu dan engkau akan menemukan jalan naik yang akan memungkinkan kenaikanmu. Kerajaan sorgawi yang dibicarakan sang santo inilah nama lain dari kehidupan yang kekal. Juga di sebut kerajaan kebenaran, Kerajaan Allah, atau sederhananya: Kristus. Hidup di dalam Kristus adalah hidup dalam kekekalan.

No comments:

Post a Comment