Tuesday, November 29, 2016

Kebenaran Ortodoks dan iman non-Ortodoks

Diterjemahkan dari blog Morning Offering, ditulis oleh Abot Tryphon.



Dari beragam iman dalam diri manusia, bisa jadi kita mempunyai kelebihan, namun janganlah sekali-kali kita menghakimi mereka yang bukan Ortodoks. Justru kita harus bersuka cita atas pengetahuan yang sudah mereka ketahui, namun jangan sampai kita dipenuhi kesombongan sampai merasa berhak untuk menghakimi, menyalahkan atau menggurui mereka yang bukan Ortodoks.

Ini tidak berarti bahwa kita melihat Ortodoksia sebagai sesuatu yang kurang dari pilar Kebenaran dan Gereja yang Kristus dirikan. Namun jangan sampai kita beranggapan kita serta merta berhak untuk merasa paling benar dan menggurui siapapun. Kita harus menghormati keyakinan orng lain dan tidak termakan kesombongan untuk meluruskan orang lain. Kebenaran yang ada di dalam iman Ortodoks dibagikan dengan cara menghidupi iman kita dalam kasih, dan bukan dengan cara menghakimi dan menggurui orang. Kebenaran yang ditemukan dimanapun, sejatinya adalah kebenaran Ortodoks, dan jika agama-agama yang lain memeluk sebagian dari kebenaran itu, kita semestinya bersukacita dan bersyukur sedalam-dalamnya atas apa yang mereka punyai.

Mereka yang mencintai Allah dan mencoba hidup kudus untuk menyenangkan hati-Nya, seturut dengan pengetahuan yang diberikan kepada mereka, sudh selayaknya dihormati. Mungkin mereka tidak memiliki kepenuhan Kebenaran Rasuli, namun jika mereka beriman, dan secara tulus hidup menyenangkan hati Tuhan, kita mesti bersyukur kepada Kristus atas apa yang ada pada mereka. Mereka memiliki Allah sebagai Bapa mereka, sebagaimana juga kita. Namun mereka hanya akan melihat Gereja sebagai Ibu mereka jika mereka bisa melihat bagaimana Ortodoksia berdampak dalam hidup kita, dan membuat kita penuh kasih serta tidak menghakimi, sebaliknya mengasihi semua orang.

Teriring kasih dalam Kristus,


Abbot Tryphon

Monday, November 28, 2016

Mengapa Wanita Kristen Ortodoks Berkerudung?

Diterjemahkan dari artikel "Women's Headcoverings" pada blog Orthodox Life 


Selama 2000 tahun di dalam Gereja Ortodoks, ada tradisi memakai kerudung bagi wanita dan gadis belia selama peribadatan, baik di dalam gereja untuk Liturgi Suci, atau di rumah saat doa-doa keluarga.

Adakah basis Alkitabiah dan Patristik akan tradisi ini dan mengapa hal ini termasuk penting?

Dalam artikel ini, kita akan menelaah akan pemakaian kerudung di dalam Perjanjian Lama, kerudung di dalam Perjanjian Baru, kerudung menurut Gereja mula-mula, kerudung di dalam ikon-ikon, dan kerudung zaman sekarang.

Kerudung di dalam Perjanjian Lama

Berabad-abad sebelum kelahiran Kristus, kerudung bagi wanita adalah praktik yang amat lumrah bagi umat Allah. Hal ini bukan semata pilihan bagi mereka yang mau untuk hidup kudus. Alih-alih, itu adalah suatu harapan kuat untuk wanita menutup kepala mereka.

Ketika Roh Kudus mengilhami Musa untuk menuliskan kelima kitab pertama, kerudung wanita sudah menjadi praktik yang lumrah. Dalam kitab Bilangan, saat upacara khusus di adakan ada permintaan untuk membuka kerudung wanita:
"Apabila imam sudah menghadapkan perempuan itu kepada TUHAN, haruslah ia menguraikan rambut[membuka kerudungnya] perempuan itu, lalu meletakkan korban peringatan..." (Bilangan 5:18)

Tentu saja permintaan semacam itu tak masuk akal kalau wajarnya mereka tidak berkerudung.

Bahkan jauh sebelum ini, di kitab Kejadian, kita membaca tentang Ribka, dalam perjalanan menemui calon suaminya, Ishak:


"Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya.
Katanya kepada hamba itu: "Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu: "Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekung[kerudung]nya dan bertelekung[kerudung]lah ia.
(Kejadian 24:64-65) [Nampaknya terjemahan LAI tidak menyebut kerudung pada teks yang sayangnya lebih jelas jika diterjemahkan sebagai kerudung]


Perbuatan bijaknya dalam kesalehan ini dapat menjadi teladan untuk wanita masa kini. Dia tidak memamerkan kecantikannya. Alih-alih dia mengerudungi dirinya, menambah pesonanya dengan kesederhanaan penampilannya.


Kerudung wanita juga ditemukan dalam kisah Susana. Kisah ini adalah kisah yang amat mengesankan tentang seorang wanita saleh yang difitnah secara keji lantas dinyatakan tidak bersalah oleh kebijaksanaan Daniel yang muda. Susana mengenakan kerudung yang bukan hanya menutupi kepalanya namun juga wajahnya juga. Kitab Suci terkesan tidak menyetujui pembukaan kerudungnya.

Susana adalah wanita yang amat anggun, dan cantik dipandang mata. Namun lelaki hidung belang di kisah itu menginginkan kerudungnya dilepas, (sebab dia berkerudung) supaya mereka bisa terpuaskan dengan kecantikannya. Sebab itu teman-temannya dan kerabat-kerabatnya meratap. (Kisah Susana/ Daniel 13:31-33).
Pada perikop Alkitab ini, kaum saleh keberatan akan pelepasan kerudungnya, sementara orang fasik mencari-cari cara untuk menanggalkankanya.


Kerudung dalam Perjanjian Baru

Kerudung wanita adalah salah satu kesamaan yang ada antara Israel dan Gereja. Wanita saleh menutupi kepala mereka selama ribuan tahun sebelum kedatangan Kristus. Saat Gereja zaman Perjanjian Baru lahir, tradisi kudus ini dilanjutkan. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, St. Paulus mengingatkan kepada semua umat untuk mengikuti tradisi yang diterima dari rasul:

Aku harus memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran[dlm bahasa asli, tradisi] yang kuteruskan kepadamu. (1 Kor 11:2)

Kerudung wanita adalah salah satu tradisi suci yang Gereja terima, dan St. Paulus menjelaskannya secara lebih dalam di beberapa paragraf selanjutnya. Menurutnya, kerudung menyatakan hormat, terutama dalam ibadah:

Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. (1 Kor 11:4)
Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya...(1 Kor 11:5)
Pesannya sangat jelas: Adalah sebuah kehormatan bagi wanita untuk memakai kerudung dalam ibadah, namun bagi pria tidaklah hormat untuk memakainya. Inilah mengapa pria menanggalkan tutup kepala mereka saat berdoa, bahkan sampai saat ini.

Sepertinya tidak puas sampai di sini saja, St. Paulus kembali lagi beberapa ayat kemudian. Wanita mesti memakai penutup kepala, dan pria tidak dianjurkan melakukannya.
Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.(1 Kor 11:7)


Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya [kerudung] oleh karena para malaikat.(1 Kor 11:10)
Dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa tradisi ini cukup purba, namun belum jelas apa maksudnya. Sedangkan dalam Perjanjian  Baru, kita diberikan alasan mengapa harus melakukannya. Menurut 1 Korintus 11, kerudung menyatakan wibawa wanita. Kerudung juga penting "oleh karena para malaikat".

Malaikat hadir bersama kita saat kita berdoa, dan saat kita beribadah. Mungkin kita tidak sepenuhnya mengerti apa yang dimaksud penting bagi para malaikat, namun cukuplah bagi kita untuk mengerti bahwa inilah alasan yang diberikan dalam Alkitab. Jika Alkitab mengatakan bahwa kerudung wanita begitu penting bagi malaikat, maka hal ini mesti kita sikapi secara sungguh-sungguh.

Kerudung menurut Bapa Gereja Mula-mula

St. Yohanes Krisostomos (407M), dalam homilinya pada Pesta Kenaikan Tuhan Yesus, membahas tentang malaikat dan kerudung wanita:

"Para malaikat hadir di sini... Bukalah mata imanmu dan perhatikanlah. Sebab jika udara ini dipenuhi dengan para malaikat, terlebih lagi Gereja! ... Dengarkanlah Rasul Paulus yang mengajarkan hal ini, saat dia meminta para wanita menutupi kepalanya dengan kerudung karena kehadiran para malaikat."

Origen, guru yang fasih pada Gereja purba, mengatakan,
Ada para malaikat ditengah-tengah jemaat kita... kita memiliki dua bagian Gereja, manusia dan para malaikat... Dan karena para malaikat haadir... hai para wanita, saat mereka berdoa, diminta untuk menutupi kepala mereka karena para malaikat itu. Mereka menemani para orang kudus dan bersukacita di Gereja."

Tradisi Rasuliah berikut ditulis pada abad kedua, dan yang penulisnya dipercaya adalah St. Hipolitus dari Roma. Buku ini berisi pengajaran untuk katekumen, termasuk:
"Dan biarlah semua wanita menutupi kepala mereka dengan kain yang tak tembus pandang".


Juga St. Kiril dari Aleksandria, menafsirkan 1 Korintus menuliskan:

"Para malaikat sangatlah merasa berat jika perintah ini [bahwa wanita memakai kerudung] tidak dipatuhi."

Kerudung pada ikon-ikon

Ikon di dalam Gereja Ortodoks adalah panduan kepada Iman, semacam gambaran rohani dari Kekristenan. Ikon mengajarkan kepada kita tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus, dan tentang kehidupan banyak umat Kristen yang hidup sebelum kita. Ikon juga mengajarkan kepada kita tentang pemakaian kerudung.


Secara umum setiap ikon dari wanita Ortodoks selalu memakai kerudung. Setahu saya (penulis-red), satu wanita pengecualian adalah St. Maria dari Mesir, dan dia adalah santa yang hidup menyendiri di padang pasir, jauh dari banyak orang.

Diantara santa yang hidup ditengah masyarakat, semuanya memakai kerudung, dan kerudung mereka dinyatakan dalam ikon.
Bahkan Maria sang Theotokos yang amat terberkati di seluruh jagad raya dinyatakan dalam ikon  memakai kerudung. Dapatkah kita menyebutkan teladan yang lebih baik bagi kaum wanita?

Kerudung Masakini

Di gereja penulis, semua wanita dan anak-anak gadis belia diminta untuk mengenakan kerudung, seturut dengan perintah dalam Alkitab, dan demi rasa hormat terhadap tradisi suci Gereja Ortodoks. Di pintu depan gereja, kami menaruh keranjang berisi kerudung, kalau-kalau ada yang lupa membawa dari rumah dan ingin meminjam. Kerudung juga dipakai di rumah saat doa keluarga.

Memang menghormati perintah Allah adalah kesukaan pada dirinya sendiri, namun ada manfaat-manfaat lain. Misalnya:

Kerudung menyatakan wibawa wanita. Sebagaimana ditunjukan oleh St. Paulus di dalam kitab suci, wanita membawa hormat kepada dirinya jika menutupi kepalanya selama berdoa.

Kerudung mengundang kerendahan hati. Wanita yang saleh datang ke gereja untuk fokus menyembah, bukan untuk menjadi pusat perhatian. Anak gadis mungkin tergoda untuk menampilkan gaya rambut trendi. Saat seorang wanita memakai kerudung, cobaan ini dilepaskan. Dia bisa fokus untuk berdoa, dan bukan masalah rambut.

Kerudung praktis menghemat waktu. Dalam budaya modern, ada cobaan untuk menghabiskan waktu dan tenaga menata rambut. Namun kerudung membuatnya  cepat dan mudah. Memakai kerudung bisa cepat daripada menata rambut untuk ditampilkan.

Kerudung menolong wanita untuk menunjukkan hormat dan kasih kepada umat pria. Pria saleh datang ke gereja untuk fokus beribadah. Namun rambut berkepang-kepang dan tergerai dari wanita yang cantik bisa saja mengganggu fokus. Dengan mengerudungi rambutnya, wanita menunjukkan kesahajaannya, dan menyingkirkan gangguan fokus yang tak perlu.

Jurnal kekristenan besar di Amerika baru-baru ini menerbitkan artikel tentang kerudung bagi wanita. Setelahnya, sang pengarang menjadi umat Ortodoks. Dalam artikelnya, sang penulis mengilustrasikan dengan jelitanya tujuan ikonik dari pemakaian kerudung:

"Dengan memakai kerudung, itu bukan sekedar simbol atau tanda bahwa saya setuju dengan perintah-Nya, namun saya secara nyata kasat mata mematuhi-Nya. Dengan sikap patuh itu terpancarlah berkat."
~ Christa Conrad

Dalam satu edisi The Handmaiden [Hamba wanita Allah], seorang wanita bernama Elizabet memberikan kesaksiannya dalam memakai kerudung.

"Selama dua belas tahun ini saya memakai kerudung sepanjang waktu. Kini saya memahami bahwa hal ini telah senantiasa menjadi bagian penting dalam peziarahan iman dan perjalanan keselamatan jiwa kita. Intinya bagi saya- dan saudari-saudari seimanku- adalah perkara ketaatan. Dengan ketaatan itu ada rasa berada di jenjang yang tepat sesuai dengan yang Allah berikan dalam dunia ciptaan, bergembira dengan para malaikat. Sekarang saya dengan gembira berkata, "Inilah hamba di hadirat Sang AKU ADALAH AKU saat berdoa di rumah dan di gereja, dikelilingi oleh bala tentara malaikat yang menyembah Tuhan dan Raja kita. Kepada Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus, kirannya kemuliaan sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin!

Saturday, November 26, 2016

Kidung Akhatist: Kemuliaan Bagi Allah atas Segala Sesuatu


Kidung Akhatist: Kemuliaan Bagi Allah atas Segala Sesuatu [Bagian 2 dari 2]

Kontakion 7

Dalam keajaiban perpaduan suara kami mendengarkan seruan-Mu; dalam keharmonisan nada-nada, dalam keindahan musik yang agung, dalam kemegahan karya musisi; Engkau membimbing kami untuk mengerti perbendaharaan dari firdaus yang akan datang dan kepada paduan suara sorgawi. Segala keindahan menuntun kami kepada-Mu, dan membuat jiwa kami menyanyi: Aleluya!

Ikos 7

Nafas dari Roh-Mu yang Kudus mengilhami para seniman, pujangga dan ilmuwan. Kuasa dari pengetahuan-Mu yang agung menjadikan mereka pengajar dan penerjemah dari kedalaman kebijaksanaan-Mu yang maha daya. Betapa agungnya Engkau didalam ciptaan-Mu! Betapa mulianya engkau didalam manusia!

Kemuliaan bagi-Mu, yang menyatakan kuasa-Mu yang tak tertandingi di dalam hukum-hukum alam
Kemuliaan bagi-Mu, karena alam raya dipenuhi hukum - hukum-Mu
Kemuliaan bagi-Mu, atas apa yang Engkau nyatakan di dalam belas kasihan-Mu
Kemuliaan bagi-Mu, atas apa yang Engkau sembunyikan di dalam kebijaksanaan-Mu
Kemuliaan bagi-Mu, atas daya temu pemikiran manusia
Kemuliaan bagi-Mu, atas penghargaan karya manusia
Kemuliaan bagi-Mu, atas lidah-lidah api yang membawa ilham
Kemuliaan bagi-Mu, ya Allah sepanjang segala abad

Kontakion 8

Betapa dekatnya Engkau di hari kesakitanku. Engkau sendiri yang menjenguk orang sakit. Engkau menjenguk sang penderita. Hatinya berseru pada-Mu.Di dalam  lembah penderitaan dan kedukaan Engkau membawa damai dan penghiburan yang tak terkira. Engkaulah Sang Penghibur. Engkaulah Sang kasih yang menjagai kami dan menyembuhkan kami. Kepadamu kami mengidungkan pujian: Aleluia!

Ikos 8

Saat kecilku memanggil nama-Mu untuk pertama kali, Engkau mendengarkan doaku, dan memenuhi hatiku dengan rahmat kedamaian. Pada saat itu hamba mengenal kebaikan-Mu dan mulai mengerti betapa terberkatinya mereka yang berseru memanggil nama-Mu. Aku mulai menyebut nama-Mu siang dan malam; dan bahkan sampai saat ini memanggil nama-Mu.

Kemuliaan bagi-Mu, yang mengenyangkan hasratku dengan kebaikan
Kemuliaan bagi-Mu, yang menjagaiku siang dan malam
Kemuliaan bagi-Mu, yang menyembuhkan derita dan kekosongan dengan berjalannya waktu
Kemuliaan bagi-Mu, sebab tak ada yang hilang tapi tak tergantikan, ya Sang Pemberi hidup kekal
Kemuliaan bagi-Mu, membuat kekal hal-hal yang menakjubkan dan baik
Kemuliaan bagi-Mu, yang menjanjikan kami pertemuan indah dengan orang-orang terkasih yang kami rindukan dan t'lah tertidur
Kemuliaan bagi-Mu, Ya Allah, sepanjang segala abad

Kontakion 9

Mengapa gerangan pada Hari Raya segenap alam tersenyum secara menawan? Mengapa juga suka sorgawi memenuhi hati kami; sukacita yang melampaui bumi; dan udara wangi di dalam gereja dan altar berpendar terang? Itulah nafas dari Kasih-Mu yang menawan. itulah bayangan dari kemuliaan-Mu di atas gunung Tabor. Maka sorga dan bumi menaikkan pujian-Mu: Aleluia!


Ikos 9

Ketika Engkau memanggilku untuk melayani dan merawat saudaraku dan memenuhi jiwaku dengan kerendahan hati, secercah cahaya terang-Mu yang menyilaukan menembus hatiku dan membuatnya terang benderang laksana besi di perapian. Hamba telah menyaksikan wajah-Mu, wajah menakjubkan dari kemuliaan yang tak terhampiri.

Kemuliaan bagi-Mu, yang mempermuliakan hidup kami dengan perbuatan kasih
Kemuliaan bagi-Mu, yang menjadikan ketaatan akan titah-Mu teramat manis
Kemuliaan bagi-Mu, yang menyatakan diri-Mu saat manusia menunjukkan belas kasih kepada sesama
Kemuliaan bagi-Mu, yang mengirimkan kami kegagalan dan kemalangan sehingga kami peduli kedukaan orang lain
Kemuliaan bagi-Mu, yang membalas dengan berlimpah perbuatan kecil yang kami lakukan
Kemuliaan bagi-Mu, yang menyambut rasa kasih dari hati kami yang menggebu-gebu
Kemuliaan bagi-Mu, yang menaikkan ke ketinggian langit setiap tindakan kasih yang sederhana di langit dan bumi
Kemuliaan bagi-Mu, ya Tuhan, sepanjang segala abad


Kontakion 10

Tiada yang dapat memperbaiki bejana terpecah jadi debu, namun Engkau dapat memulihkan hati yang remuk redam. Engkau dapat mengembalikan keindahan jiwa yang telah hilang dan tanpa harapan. Bersama-Mu, tak ada yang tidak dapat dipulihkan. Engkaulah Sang Kasih; Engkaulah Sang Pencipta dan Penebus. Kami mengidungkan nyanyian: Aleluia!

Ikos 10

Ingatlah, ya Allah, jatuhnya si lusifer yang penuh kesombongan, jagailah hamba dengan Rahmat-Mu; selamatkanlah hamba dari kejatuhan daripadamu. Selamatkanlah dari keraguan. Condongkanlah hatiku untuk mendengarkan suara-Mu yang menakjubkan di setiap detik hidupku. Condongkanlah untuk berseru kepada-Mu, yang hadir di segala tempat.

Kemuliaan bagi-Mu atas segala peristiwa
atas setiap keadaan yang menyelimutiku
Kemuliaan bagi-Mu atas apa yang engkau bisikkan di hatiku
Kemuliaan bagi-Mu atas apa yang engkau nyatakan kepadaku, saat tertidur maupun terbangun
Kemuliaan bagi-Mu karena telah mengacaukan khayalanku yang sia-sia
Kemuliaan bagi-Mu karena telah membangkitkan kami dari jurang hawa nafsu melalui penderitaan
Kemuliaan bagi-Mu telah menyembuhkan kecongkakanku melalui kejadian yang memalukan
Kemuliaan bagi-Mu,Ya Tuhan sepanjang segala abad


Kontakion 11

Sepanjang untaian dingin berabad-abad, hamba merasakan kehangatan Nafas-Mu, hamba merasakan darah-Mu menyisir dalam nadiku. Sebagian waktu telah berlalu, namun Engkaulah Sang Kini. Hamba berdiri di dekat salib-Mu; hambalah yang menyebabkan penyaliban-Mu. Hamba menjatuhkan diri bersujud di depan salib-Mu. Inilah kemenangan agung dari Kasih, kemenangan dari keselamatan. Di sinilah abad-abad tak bisa lagi berdiam namun terus memuji-Mu: Aleluia!


Ikos 11

Terberkatilah mereka yang akan ambil bagian dalam Pesta Jamuan Baginda Raja: tapi bahkan saat di atas bumi ini pun Engkau telah menganugrahiku pra-rasa dari keterberkatan ini. Betapa seringnya tangan-Mu mengulurkan Tubuh-Mu dan Darah-Mu, dan hamba sekalipun pendosa parah, dilayakkan menerima Misteri agung, dan telah mengecap Cinta-Mu, begitu menakjubkan, begitu sorgawi.

Kemuliaan bagi-Mu atas api Rahmat-Mu yang tak terpadamkan
Kemuliaan bagi-Mu, yang membangun gereja-Mu sebagai tempat perteduhan dalam dunia yang teraniaya
Kemuliaan bagi-Mu atas air Baptisan yang memberikan hidup yang di dalamnya kami mendapatkan kelahiran baru
Kemuliaan bagi-Mu, yang memulihkan petobat jadi putih seperti bunga bakung
Kemuliaan bagi-Mu atas cawan keselamatan dan roti sukacita kekal
Kemuliaan bagi-Mu yang mengangkat kami ke ketinggian sorga
Kemuliaan bagi-Mu, ya Allah sepanjang segala abad

Kontakion 12

Betapa seringnya hamba melihat bayangan dari kemuliaan-Mu di wajah orang yang wafat. Betapa cerlangnya, dengan keindahan dan kedamaian sorgawi. Betapa tenang, betapa jernih wajah mereka. Keteduhan dan ketakbergerakan mereka menunjukkan kemenangan atas maut. Bahkan di dalam diam, mereka memanggil nama-Mu. Pada jam kematianku, terangilah jiwaku juga, supaya dapat berseru kepada-Mu: Aleluia!


Ikos 12

Pujian seperti apakah yang dapat kusenandungkan? Hamba tak pernah mendengar pujian Kerubim, kegirangan yang hanya dimengerti roh-roh di udara. Namun hamba tahu kidungan yang alam raya nyanyikan bagi-Mu. Pada musim dingin, bagaimana bumi mendaraskan doa-doa kepada-Mu di bawha sinar rembulan, diselubungi oleh mantel salju, berkelip bagaikan permata.Hamba melihat bagaimana mentari bersorak girang di dalam Engkau saat terbit, bagaimana kicauan burung berisi madah pujian-Mu. Aku mendengar suara samar angin memuji-Mu saat mengaduk air. Hamba mengerti bagaimana bintang-bintang menyatakan kemuliaan-Mu sembari mereka bergerak di kedalaman antariksa. Sungguh hina dinanya bhaktiku ini! Segenap alam menaati-Mu, namun hamba tidak. Namun sepanjang hidupku hamba telah lihat kasih-Mu, hamba ingin bersyukur kepada-Mu, memanggil nama-Mu.

Kemuliaan bagi-Mu, yang memberikan kami terang
Kemuliaan bagi-Mu, yang mencintai kami begitu dalamnya, sorgawi dan tak terbatas
Kemuliaan bagi-Mu, yang memberkati kami dengan terang dan dengan kumpulan para malaikat dan orang kudus
Kemuliaan bagi-Mu, Bapa Yang Maha Kudus, yang menjanjikan bagian dalam Kerajaan
Kemuliaan bagi-Mu, Sang Anak, Penebus yang menunjukan jalan keselamatan bagi kami
Kemuliaan bagi-Mu, Roh Kudus, Surya sumber hidup dari dunia yang akan datang
Kemuliaan bagi-Mu atas segala sesuatu ya Sang Tritunggal yang Kudus dan Maha welas asih
Kemuliaan bagi-Mu ya Allah sepanjang segala abad


Kontakion 13

Ya Sang Tritunggal yang memberi hidup dan berbelas kasih, terimalah rasa syukurku atas semua kebaikan-Mu. Buatlah kami layak bagi berkat-berkat-Mu, supaya saat kami telah membawa buah-buah talenta yang engkau percayakan kepada kami, kami boleh masuk ke dalam sukacita Tuhan kami, selamanya menyanjung-Mu dalam seruan kemenangan: Aleluia!

(Ulang Kontakion 13 and Aleluia tiga kali)


Ikos 1

Hamba terlahir lemah, s'bagai bayi tak berdaya, namun malaikat-Mu menaungiku demi menjagaku. Sejak lahir hingga sekarang cinta-Mu menerangi jalanku, dan telah menuntun  aku kepada terang yang kekal; dari lahir hingga kini, anugerah rahmat dari penyediaan-Mu telah engkau siramkan kepadaku. Daku bersyukur kepada-Mu, bersama mereka yang mengenal Engkau, yang memanggil nama-Mu.

Kemuliaan bagi-Mu yang telah menciptakanku
Kemuliaan bagi-Mu yang menunjukkan kepadaku keelokan semesta
Kemuliaan bagi-Mu yang membentangkan langit dan bumi laksana halaman buku kebijaksanaan kekal.
Kemuliaan bagi-Mu karena kekekalan-Mu di dunia fana ini.
Kemuliaan bagi-Mu atas belas kasihan-Mu, yang kelihatan maupun yang tak kami lihat
Kemuliaan bagi-Mu melalui setiap isakan tangisku
Kemuliaan bagi-Mu atas setiap langkah dalam kisah hidupku
Atas setiap masa kehormatan
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad

Kontakion 1

Ya Baginda Raja abadi, Kehendak-Mu bagi keselamatan kami amatlah penuh kuasa. Lengan kanan-Mu berdaulat atas segala hidup manusia. Kami bersyukur atas segenap belas kasihan-Mu, baik yang kelihatan maupun yang tak kasat mata. Bagi kehidupan kekal, bagi sukacita sorgawi dari Kerajaan yang akan datang. Berilah belas kasihan kepada kami yang menyanyikan pujian bagi-Mu. Kemuliaan bagi-Mu ya Tuhan, sekarang dan selamanya.

Thursday, November 24, 2016

Kidung Akhatist: Kemuliaan Bagi Allah atas Segala Sesuatu

Kidung Akhatist: Kemuliaan Bagi Allah atas Segala Sesuatu [Bagian I dari 2]

[Kidungan yang terbaik adalah yang dinyanyikan dengan kedalaman hati, di tengah badai hidup yang amat berat. Penerjemah dapat merasakan kedalaman dan kejernihan iman penyusun kidung ini, membuat saya beberapa kali berlinang air mata karena tersentuh] Naskah bahasa Inggris di lihat di sini


Kidung Akathist ini disebut juga Akhatist Rasa Syukur, ditemukan diantara relik dari Protopresbiter (Romo) Gregorius Petrov saat wafatnya di kamp konsentrasi tahun 1940. Judul kidung ini  disadur dari kata-kata St. Yohanes Krisostomos saat beliau meninggal di tanah pembuangan. Berisi puji-pujian di tengah keadaan yang teramat parah dalam penderitaan yang mendalam yang dikaitkan dengan Metropolitan Tryphon dari Turkestan.

Kontakion 1

Ya Baginda Raja abadi, Kehendak-Mu bagi keselamatan kami  amatlah kuat. Tangan kanan-Mu berdaulat atas segala hidup manusia. Kami bersyukur atas segenap belas kasihan-Mu, baik yang kelihatan maupun yang tak kasat mata. Bagi kehidupan kekal, bagi sukacita sorgawi dari Kerajaan yang akan datang. Berilah belas kasihan kepada kami yang menyanyikan pujian bagi-Mu. Kemuliaan bagi-Mu ya Tuhan, sekarang dan selamanya.


Ikos 1

Hamba terlahir lemah, s'bagai bayi tak berdaya, namun malaikat-Mu menaungiku demi menjagaku. Sejak lahir hingga sekarang cinta-Mu menerangi jalanku, dan telah menuntun  aku kepada terang yang kekal; dari lahir hingga kini, anugerah rahmat dari penyediaan-Mu telah engkau siramkan kepadaku. Daku bersyukur kepada-Mu, bersama mereka yang mengenal Engkau, yang memanggil nama-Mu.

Kemuliaan bagi-Mu yang telah menciptakanku
Kemuliaan bagi-Mu yang menunjukkan kepadaku keelokan semesta
Kemuliaan bagi-Mu yang membentangkan langit dan bumi laksana halaman buku kebijaksanaan kekal.
Kemuliaan bagi-Mu karena kekekalan-Mu di dunia fana ini.
Kemuliaan bagi-Mu atas belas kasihan-Mu, yang kelihatan maupun yang tak kami lihat
Kemuliaan bagi-Mu melalui setiap isakan tangisku
Kemuliaan bagi-Mu atas setiap langkah dalam kisah hidupku
Atas setiap masa kehormatan
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad


Kontakion 2

Ya Tuhan, betapa menyejukkannya 'tuk jadi tamu-Mu. Semilir harum-haruman; puncak gunung menyentuh awan; air laksana cermin yang amat besar menampilkan bayangan emas sang surya dan selimut awan. Segenap alam berbisik secara mengherankan, menghembuskan kegemilangan yang amat dalam. Burung-burung dan binatang padang menyandang tanda dari kasih-Mu. Sungguh diberkatinya engkau bumi, bahkan dalam keanggunanmu yang sementara, yang membimbingmu agar mencari keindahan kekal pada ranah keelokan yang tak terperi, nyaring berseru: Aleluia.

Ikos 2

Engkau telah menghidupkan hamba dan membawaku laksana ke dalam firdaus nan menawan. Kami telah lihat awan persada membiru, pada ketinggiaanya burung-burung bermadah. Kami telah dengar gumam merdu padang belantara dan irama gemercik aliran sungai. Kami telah rasa pelbagai buah-buah lezat dan madu murni yang manis. Kami dapat tinggal dengan baik di atas bumi-Mu. Sungguh sebuah kesenangan untuk menjadi tamu-Mu.

Kemuliaan bagi-Mu atas Perayaan mulainya hidupku
Kemuliaan bagi-Mu untuk wewangian mawar dan kembang bakung
Kemuliaan bagi-Mu untuk pelbagai rasa buah pohon dan buah petikan
Kemuliaan bagi-Mu atas kemilau embun pagi nan bening
Kemuliaan bagi-Mu atas singsing fajar nan hangat
Kemuliaan bagi-Mu atas kekuatan di setiap pagi yang baru
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad


Kontakion 3

Roh Kudus-Mu menyalakan sukacita kami atas keindahan bunga-bunga, atas harum-haruman yang tak terkata, ataswarna-warni beragam, atas keagungan Yang Maha Tinggi mewujud pada hal-hal kecil. Hormat dan Kemuliaan bagi Sang Roh, Sang Pemberi Hidup yang menjubahi ladang dengan bunga-bunga elok, memahkotai musim dengan tuaian keemasan, dan memberikan sukacita bagi kami yang memandangnya dengan mata kami. Bersuka gembiralah dan bernyanyilah: Aleluia

Ikos 3

Betapa megah-Nya Engkau pada musim semimu, saat segenap ciptaan-Mu terbangun dalam edaran yang baru dan menyanjung-Mu dengan ribuan lagu indah. Engkaulah Sumber Kehidupan, Sang Peremuk Kematian. Dengan cahaya bulan, kunang-kunang menari, lembah-lembah dan bukit tergerai ibarat pakaian pengantin, putih bak salju. Seluruh bumi ialah mempelaimu yang jelita yang menanti sang suami gagah perkasa. Jika rerumputan hijau di padang saja seindah ini, sungguh betapa mulianya saat kami dimuliakan saat kedatangan-Mu yang Kedua setelah kebangkitan itu! Betapa semaraknya tubuh kami kelak, betapa murninya jiwa kami!


Kemuliaan bagi-Mu, yang menumbuhkan dari perut bumi beragam warna-warni, cecap-rasa dan harum-haruman.
Kemuliaan bagi-Mu atas kehangatan dan kemilau alam raya
Kemuliaan bagi-Mu atas tak terhitungnya makhlukh ciptaan mengelilingi kami
Kemuliaan bagi-Mu atas kedalaman hikmat-Mu, dan seluruh jagad menyatakannya
Kemuliaan bagi-Mu; dalam sujud, kucium jejak-jejak tangan-Mu yang tak terlihat
Kemuliaan bagi-Mu yang menerangi kami dengan kejernihan hidup kekal
Kemuliaan bagi-Mu atas Keindahan kekekalanmu yang tak terkatakan, dan tak terbinasakan.
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad.

Kontakion 4

Betapa nikmat dan manisnya tiap-tiap pikiran yang melekat pada-MU, betapa mnghidupkannya Sabda suci-MU! Bercakap-cakap dengan-Mu sungguhlah lebih menyembuhkan daripada minyak urapan; terlebih manis dari madu cucukan. Berdoa kepada-Mu, membangkitkan rohku, menyegarkan jiwaku. Tanpa Engkau, hanya ada kehampaan; hati merana dengan kesedihan, alam dan hidup ini dilumuri dengan duka semata; namun bersama-MU, jiwa dilimpahi dengan kebaikan; dan kidungannya bergema sebagai tetes-tetes kehidupan: Aleluia!

Ikos 4

Saat matahari terbenam, saat keheningan manyapa seperti kedamaian membisikan tidur yang abadi, keteduhan dari hari yang lalu bertahta, lalu dengan kemegahanan dari pancaran sinarnya yang meredup menilik melalui awan. Aku memandang ke tempat kediaman-Mu: cemerlang dan ungu, keemasan dan biru, mereka dengan nyaring berseru laksana nabi tentang keindahan hadirat-Mu yang gemilang dan memanggil kami untuk berpaling kepada Sang Bapa:

Kemuliaan bagi-Mu atas masa kesenyapan malam hari
Kemuliaan bagi-Mu yang melingkupi bumi dengan kedamaian
Kemuliaan bagi-Mu atas pancaran cahaya mentari yang meredup saat terbenam
Kemuliaan bagi-Mu atas rehat malam yang menyegarkan kami
Kemuliaan bagi-Mu atas kebaikan-MU yang tetap nyata bahkan di masa yang gelap saat semuanya tersembunyi bagi mata kami
Kemuliaan bagi-Mu atas doa-doa yang terucap dari jiwaku yang gentar
Kemuliaan bagi-Mu atas kepastian kebangkitan kami
pada hari terakhir yang mulia, akan hari yang tanpa malam
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad.

Kontakion 5

Topan badai hidup takkan mampu menggelapkan hati yang berpijar terang dengan Api-Mu. Di luaran angin ribut berkecamuk, menghempas dan bergejolak, namun di dalam hati, di hadirat Kristus ada terang dan damai, keheningan: Aleluia!

Ikos 5

Hamba melihat langit-Mu yang bertaburan bintang. Betapa mulianya Engkau cemerlang dengan cahaya-Mu! Kekekalan memandangiku dengan bintang-bintang nun jauh. Sungguh amat kecil aku ini, tak berarti, namun Allah menyertaiku. Tangan kanan-Mu menuntunku kemanapun aku pergi.

Kemuliaan bagi-Mu yang tak pernah lelah menjagaiku
Kemuliaan bagi-Mu atas setiap perjumpaan yang Kau rancang bagiku
Kemuliaan bagi-Mu atas kasih orangtuaku, atas setianya teman-temanku
Kemuliaan bagi-Mu atas ketaatan binatang yang melayaniku
Kemuliaan bagi-Mu atas kenangan hidup tak terlupakan
Kemuliaan bagi-Mu atas sukacitaku yang tulus apa adanya
Kemuliaan bagi-Mu atas kegembiraan terus bisa hidup dan
bergerak dan boleh kembali kepada kasih-Mu.
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad.

Kontakion 6

Betapa agung dan dekat eratnya Engkau di saat badai besar! Betapa kuatnya tangan-Mu saat guntur dan guruh menggelegar! Betapa gemilangnya kilau-Mu! Betapa menakjubkan-Nya kirab-Mu! Suara Tuhan memenuhi padang, manyapa melewati pepohonan. Suara Tuhan mengggelegar dalam guntur dan badai. Suara Tuhan di atas air. Pujian bagi-Mu di dalam gemuruh gunung-gunung. Engkau menggoncang-kebaskan bumi seperti kain; engkau menghentakkan ombak sampai cakrawala. Pujian bagi-Mu, yang menghempaskan manusia yang congkak. Engkau membuat kami bertelut dan berseru: Aleluia!

Ikos 6

Saat guntur menggelegar mencapai meja jamuan, betapa pudarnya nyala lampu ini. Demikianlah juga Engkau, laksana petir menyambar hatiku dengan sukacita sangat besar. Setelah kilatan gemilang, itu betapa redupnya cahaya kesenangan yang lain, begitu semu dan pucat semua itu. Jiwaku melekat kepada-Mu.

Kemuliaan bagi-Mu, impian teragung dari insan semua
Kemuliaan bagi-Mu atas kehausan kami akan kemanunggalan dengan Allah
Kemuliaan bagi-Mu yang membuat kami tak terpuaskan oleh hal-hal duniawi
Kemuliaan bagi-Mu yang menyalakan cahaya kesembuhan-Mu
Kemuliaan bagi-Mu yang menaklukan kuasa gelap dan membinasakan semua yang jahat
Kemuliaan bagi-Mu atas tanda-tanda kehadiran-Mu
atas sukacita mendengarkan Suara-Mu dan hidup dalam kasih-Mu
Kemuliaan bagi-Mu sepanjang segala abad

Wednesday, November 23, 2016

Nasihat Bapa Porphyrios tentang Kerendahan Hati yang Kudus

Diterjemahkan dari kata-kata Bapa Porphyrius. Sumber naskah bahasa Inggris dapat dilihat di sini. 

St. Porphyrios. Sumber. 

“Sikap berserah penuh kepada Tuhan – itulah kerendahan hati yang kudus dan sejati. Ketaatan penuh kepada Allah, tanpa protes, tanpa perbantahan, di saat yang sulit dan tidak masuk akal sekalipun. Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Kata-kata ini terus menerus kita daraskan di dalam Liturgi Suci, “Marilah kita menyerahkan diri kita satu sama lain dan kepada Kristus Allah kita.” Doa yang secara rahasia didaraskan oleh imam juga menyatakan hal yang sama: “Kami menyerahkan segenap hidup kami dan seluruh harapan kami kepada-Mu, Ya Tuan yang maha kasih, dan kami memohon kepada-Mu Baginda dan berseru serta mengharapkan pertolongan-Mu...” Kepada-Mu kami menyerahkan segala sesuatu... Inilah artinya mempercayakan segala sesuatu kepada Allah. Inilah kerendahan hati yang kudus. Inilah yang mempermuliakan bangsa manusia dan menjadikannya “Allah-manusia” [melalui anugerah].  


Orang yang rendah hati sadar akan keadaan dirinya sendiri dan walau dia lihat dirinya bagaimanapun rapuhnya, dia tidak kehilangan jati diri. Dia mengetahui betapa berdosa dirinya dan amat berduka akan hal itu, namun dia tidak mau berputus asa dan tidak memusnahkan dirinya. Orang yang memiliki kerendahan hati yang kudus, tidak membela diri dengan kata-kata apapun, maksudnya, dia tidak membantah. Dia menerima dikritik model apapun dan ditegur oleh orang lain, tanpa menjadi marah dan membela diri. Dia tidak kehilangan keseimbangan diri. Hal sebaliknya ada pada orang yang  egois, orang yang merasa rendah diri. Mungkin dari luar terlihat rendah hati, namun ketika dia diusik sedikit saja, maka dia berubah jadi mencak-mencak dan marah.  
 
Orang yang rendah hati percaya bahwa segala sesuatu bergantung pada Kristus dan bahwa Kristus senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan melaluinya dia bertumbuh dalam iman. Orang yang memiliki kerendahan hati yang suci sudah tinggal pada Gereja sorgawi yang tanpa permulaan di dunia ini, bahkan dalam keadaan yang paling sulit sekalipun.
 
-St. Porphyrios dari Kavsokalyvia

Tuesday, November 22, 2016

Di Bawah Naungan Belas Kasihannya: Perenungan tentang Tradisi Rasuli Gereja Purba dalam Penghormatan Bunda Maria

Diterjemahkan dari tulisan Fr. Stephan Freeman, dari blognya yang ternama, Glory to God for All Things [Kemuliaan Bagi Allah atas segala sesuatu], dapat dibaca di sini
*Tanda [] ditambahkan oleh penerjemah demi memperjelas.



Dari antara misteri-misteri agung di dalam Perjanjian Baru, misteri amat mengherankan adalah seputar Bunda Allah. Tak ayal  sebagian segmen dari kekristenan ‘modern’ menjadi kebas dan tak paham akan hal ini oleh karena adanya tradisi perlawanan terhadap tradisi pendahulunya. Ketumpulan dan ketulian inilah yang membuat saya sedih, apalagi hal itu menunjukan adanya kegersangan rohani dalam pengalaman iman yang lebih luas. Beberapa tahun setelah menjadi bagian dari Gereja Ortodoks, rekan Anglikan saya bertanya apakah saya sempat terpikir untuk kembali lagi. Dia tidak paham betapa anehnya pemikiran semacam itu. Namun terbesit dalam hati saya, keberatan terbesar saya adalah ke’tiada’an Maria di perkumpulan itu. Lantas saya mengutarakan tentang bagaimana saya tidak mungkin berpikiran untuk  meninggalkan ‘ibu’ saya sendiri.

Saya tidak bisa membayangkan kebingungan orang-orang yang begitu asing dengan Maria ketika melihat umat Kristen Ortodoks atau Katolik. Saya tidak dalam kapasitas membela umat Katolik (karena mereka mampu untuk menjelaskan iman mereka sendiri). Namun utamanya, saya merenungkan tidak ada yang menyamai kehidupan rohani yang meneladani hidupnya [Bunda]. Semua pengalaman penghormatan [terhadap Bunda –red] nampaknya telah lenyap dalam pola pemikiran Protestan. Saya sering menggunakan contoh dari rasa setia terhadap negara, atau analogi-analogi lain yang saya pakai untuk menjelaskan ini. Namun saya justru makin yakin kalau pengalaman penghormatan ini tidak ada taranya dan tak terutarakan.

Sejatinya, saya tidak bisa merenungkan Maria secara terpisah dari Kristus. Dia bukan pribadi terpisah dan ditelaah seorang diri. Gelar yang ditegaskan dalam Konsili Ekumenis ketiga, beliau sebagai Sang Theotokos atau “Sang Pemberi-Lahir Allah”. Dengan maksud yang sama saat kita mengatakan bahwa Kristus “lahir dari Sang Perawan Maria”. Kristus adalah Allah menjadi manusia, dan kemanusiaan-Nya sungguh-sungguh dan pasti berasal dari Maria. Dia adalah tulang dari tulangnya, daging dari dagingnya. Adalah layak dan pantas bagi kita bangsa manusia bahwa saat kita berbicara tentang Tubuh dan Darah-Nya, kita tidak bisa melakukannya tanpa berkaitan dengan Maria.

Namun terkadang ungkapan ini bisa menjadi sekedar rangkain kata dalam doktrin. Doktrin selalu merupakan pembahasaan dari kenyataan, dan kita tidak sekedar menginginkan ‘pembahasan’ yang kita inginkan adalah kenyataanya. Tubuh dan Darah Kristus bukanlah bayangan angan-angan. Tubuh dan Darah Kristus adalah kehangatan yang amat manis yang dialami secara nyata oleh kaum beriman. Misal, bagaimana saya bisa menjelaskan pengalaman akan Perjamuan Kudus kepada orang yang tak percaya? Tidak ada kata yang bisa menggambarkan secara lugas tentang pengalaman itu.
Penghormatan mula-mula kepada Maria yang tersebar luas dapat ditemukan dalam bait-bait nyanyian yang sudah dikenal luas sebelum pertengahan tahun 200an Masehi. Kidungan ini masih menjadi nyanyian penting dalam Ortodoksia sampai hari ini:

Dalam naungan belas kasihanmu
Kami berlindung ya Theotokos
Janganlah abaikan permohonan kami dalam masa-masa sukar
Namun lepaskanlah kami dari marabahaya,
Ya yang termurni dan terberkati


Mereka yang mengklaim bahwa kidungan ini sarat dengan muatan pagan nyata-nyata buta sejarah. Pertengahan tahun 200an adalah abad yang agung dari para martir, saat Gereja di bawah gerusan dan pertentangan dengan paganisme (kekafiran) resmi dari Kekaisaran Romawi. Benar-benar tidak ada catatan sejarah yang sah menyatakan bahwa Gereja meniru tradisi pagan ke dalam iman mereka pada masa ini. Menghormati Maria, termasuk juga memohon syafaatnya, sangatlah sejalan dan selaras dengan nurani Gereja Purba.

Namun apa maksud dari seruan akan belas kasihan Theotokos ini? Darimana Gereja dapat tahu akan hal ini? Sesungguhnya seruan akan belas kasihan ini telah secara nyata dijelaskan, sebab hal itu bahkan sudah dinubuatkan Kitab Suci.

Saat Kristus dibawa dan diserahkan ke bait Allah (umur 40 hari), Maria telah diperingatkan akan perannya yang telah dinantikan di Israel, dan diberitahu bahwa “pedang akan menembus jiwamu juga (Lukas 2:34-35). “Pedang” ini bukan sekedar mengacu kepada duka keibuan. Kedekatan (kemanunggalan)nya dengan Kristus dijabarkan dalam kata-katanya yang tulus dan renadah hati, menempatkannya secara begitu dalam dan unik pada peristiwa Salib. Kristus didera dan terluka, namun sadarkah kita bahwa sebagai ibu, dia jauh lebih terluka lagi? Nurani dan pengalaman Gereja menerangkan bahwa dia juga begitu peka akan penderitaan dari semua umat.

Kata yang diterjemahkan sebagai belas kasihan dalam kidung ini (εὐσπλαγχνία) menarik untuk dicermati. Kata ini adalah buah usaha keras untuk menerjemahkan kata Ibrani (רַחֲמִים  rachamim) dan mengacu lebih kepada rasa sakit yang mendalam berhubungan dengan rahim. Hal ini berhubungan dengan inti dari penderitaan keibuannya yang amat mendalam.

Rasa takut dan enggan untuk menyelami pengalaman kasih kepada Bunda ini, menurut saya (penulis, Rm Stephen- red), disebabkan oleh tuduhan adanya “pemujaan (bahkan penyembahan) Maria,” ditunjang dengan prasangka bahwa penghormatan jenis apapun yang kita tunjukan kepada seseorang atau sesuatu selain Allah menyatakan persaingan dengan Allah, dan menodai kemuliaan-Nya. Mereka mungkin bisa menemukan secara historis, wujud penghormatan yang berlangsung berabad-abad (mis. Ikon, lilin, kidungan, doa permohonan, dst.) namun sejatinya tidak pernah ada niat pada abad manapun untuk umat menunjukkan penyembahan. Sebab jika begitu niatnya, pasti sudah sejak awal didapuk sebagai bidat yang terburuk sepanjang masa.

Namun mereka telah lupa [atau tidak menyadari] bagaimana cara Kekristenan rasuli mula-mula menunjukan penghormatan dan penyanjungan. Kitab Suci tidak pernah menyebutkan Allah sejati --dibagian manapun-- sebagai Allah yang ‘sendirian’. Alih-alih, Dia selalu dinyatakan sebagai Tuhan Zebaoth, Allah dari Balatentara Sorgawi (Lord of Hosts dalam bahasa Inggris). Allah dinyatakan dalam Kristus sebagai Allah relasional yang menyatakan diri-Nya sebagai Kasih. Penghormatan dan penyanjungan yang diberikan kepada para santo-santa di dalam Gereja secara sederhana dapat dipahami sebagai ungkapan kasih secara liturgis [terhadap Orang-Orang terdekat-Nya]. Ini bukanlah bentuk penyembahan apapun namanya. Perkumpulan kristen modern sayangnya sudah terasingkan dari pemahaman akan tahta Kerajaan Kristus, dan membayangkan seakan-akan Kerajaan-Nya sebagai suatu mana suka dalam ‘demokrasi’ umat [dimana umat pilih-pilih ide yang mereka suka dan menyampakkan ide yang sulit] atau Dia sebagai Sang Raja tanpa Para Pembesar-Nya [ingat akan sabda Kristus, “Dimana Aku berada, disitu Pelayan-pelayanku berada – red]. Mereka ini lupa akan kehormatan Ibu Suri[dalam Kerajaan] dan kehormatan para Sahabat Raja. Sederhananya, beberapa orang menjadi canggung dan ceroboh dalam pemahaman rohaninya dan menjadikan diri orang asing bagi Kerjaan Kristus.

Allah adalah Allah yang Maha Pemurah, maha pengampun. Dia tidak membiarkan kita untuk menghancurkan ethos(tata cara/tata krama) dan kesaksian para penerus dari Rasul-rasul. Kenyataan dari Kerajaan-Nya tinggal tetap. Orang-orang ini dapat menggali lagi apa yang telah hilang, dengan cara memulainya, misal, dengan pertimbangan ulang doktrin dan praksis berkenaan dengan perihal ini (tanpa prasangka buruk dan salah duga yang ada). Namun hanya waktu dan kebiasaanlah yang bisa memulihkan hal-hal relasional semacam ini.

Bisa jadi dengan mengidungkan kembali dengan hati tulus, kidungan purba diatas yang sudah mendapatkan tempat pada bibir mulut dan hati para orang-orang kudus berabad-abad lamanya itu dapat menjadi awal yang baik bagi mereka yang ingin belajar [menyelami pengalaman kasih dengan Bunda].

Kita perlu teman-teman sejati yang bisa kita temui [para kudus]!
Ditulis dalam rangka perayaan Pesta Masuknya Bunda Allah ke Bait, 21 November.

Monday, November 21, 2016

Mengapa Kita Menyalakan Lilin/Lampu Minyak (Kandili) di Depan Ikon?

Diterjemahkan dari tulisan St. Nikolai dari Ohrid dan Zika
“Air Kehidupan”
Pertama -  Karena iman kita adalah cahaya terang. Kristus bersabda: Akulah terang dunia  (Yohanes 8:12). Cahaya terang dari lilin/lampu minyak  mengingatkan kita akan terang cahaya Kristus yang menerangi jiwa kita.

Kedua -  agar kita diingatkan akan kemilau kebajikan yang gemilang dari Santo yang kita nyalakan lilinnya, sebab para orang kudus itu di sebut sebagai anak-anak terang (Yohanes 12:36;  Lukas 16:8).

Ketiga -  agar menjadi teguran atas kegelapan perbuatan kita, atas pikiran dan keinginan jahat kita, dan untuk memanggil kita ke dalam terang injil; sehingga kita lebih tekun lagi menaati perintah-perintah Sang Juru Selamat : ”Biarlah terangmu bercahaya di depan banyak orang, sehingga merreka dapat melihat perbuatan baikmu...”  (Matius 5:16 ).

Keempat - agar nyala api lilin kita menjadi suatu korban persembahan sederhana kita kepada Tuhan, yang memberikan Diri-Nya secara penuh sebagai korban bagi kita; dan sebagai tanda yang tak seberapa dari rasa terima kasih kita yang berlimpah-limpah serta kasih kita yang menyala-nyala kepada Kristus, yang kepada-Nya kita mohon dalam doa-doa kita bagi kehidupan, kesehatan dan keselamatan serta segala sesuatu yang hanya dapat dilimpahkan oleh Sang Pengasih yang sorgawi.
Kelima – agar kekuatan-kekuatan jahat lari tunggang langgang, yakni kekuatan yang kadang-kadang menyerang kita bahkan di saat kita sedang berdoa. Si jahat suka akan kegelapan dan gentar di hadapan terang, khususnya di hadapan terang  Allah dan di hadapan terang dari mereka yang menyukakan hati-Nya.


Keenam- agar cahaya terang ini membangkitkan kita kepada penyangkalan diri. Sebagaimana minyak dan sumbu terbakar pada lampu minyak, dengan kerelaan penuh, biarlah jiwa kita juga dinyalakan dengan nyala kasih di dalam penderitaan kita, senantiasa kita dapat  berserah kepada kehendak Tuhan.

Ketujuh – untuk mengajarkan kita layaknya lampu minyak yang  tidak menyala begitu saja tanpa tangan kita yang menyalakan, demikian juga lampu minyak di dalam hati kita, takkan mungkin menyala tanpa api suci dari rahmat  Allah, bahkan saat dipenuhi dengan segala macam kebajikan sekalipun. Segala kebajikan kita itu laksana sumbu yang hanya dapat menyala saat disentuh oleh api yang berasal dari Allah.

Kedelapan- untuk mengingatkan kita, bahwa sebelum segala sesuatu tercipta, Sang Pencipta dunia ini menciptakan terang, baru setelah itu menciptakan semua yang lain secara teratur: Maka berfirmanlah Allah, “Jadilah terang” (Kejadian 1:3). Dan semestinya begitu juga dengan kehidupan rohani kita, sebelum segala sesuatunya, biarlah terang Kristus yang bercahaya di dalam kita. Dari terang kebenaran Kristus inilah, segala perbuatan yang baik terlahir, bertumbuh dan berkembang di dalam diri kita.

Kiranya Terang  Sang Kristus menerangi kita sekalian juga.

Sunday, November 20, 2016

Sikap Berdiri saat Beribadah

Diterjemahkan dari tulisan Abbot Thryphon dari All Merciful Saviour Monastery, Pulau Vashon di Washington. Naskah asli bisa dibaca di sini.

Berdiri saat beribadah sudah menjadi sikap tubuh yang wajar bagi umat Kristen Ortodoks sejak semula. Melalui ketaatan untuk berdiri saat beribadat, kita berperilaku seperti hamba setia dari Tuhan, yang menyembah di hadapan Tahta-Nya. Kita menyadari bahwa rumah Allah bukanlah tempat untuk berleha-leha atau mencari hiburan, dimana kita bisa bersantai dan menonton panggung hiburan, namun menjadi lokus, tempat kita bertemu dengan Allah kita. Rasul Kudus Paulus menuliskan, "Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman!" (1 Kor. 16:13); dan "Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan..." (Efesus 6:14)

Umat Kristiani harus selalu berjaga-jaga di dalam roh, terlebih-lebih saat menghadiri Liturgi Suci. Saat kita berdiri untuk menyembah, kita menahankan diri kita untuk memperhatikan dengan sungguh dan dengan sepenuh diri kita menyembah Allah dengan tubuh, akal budi dan jiwa kita. Kita mempersembahkan diri kita kepada Allah sebagai hambanya yang dina, menghaturkan perhatian sebulat hati kepada-Nya. Saat kita menjadi tepar dan kelelahan setelah ibadah panjang, sejatinya kita menjadi persembahan yang hidup kepada Allah yang kita sembah.

Santo Paulus berkata, "Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati".( Roma 12:1), dan sabda dari Sang Kristus sendiri, "... Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25)
Teriring kasih dalam Kristus,

Abbot Tryphon

Abbot Tryphon of Vashon Island

Selamat datang di RBO (Ruang Baca Ortodoks)

Pembaca yang saleh,

Selamat datang di blog sederhana ini. Blog RBO (erbeo) ini dirangkai dan dikelola untuk menjadi media berbagi dan belajar bersama mengenai topik-topik iman Gereja Ortodoks dari berbagai sumber Internasional yang diterjemahkan selain dari sumber Indonesia.

Pemuda St. Romanos, Gereja Ortodoks Indonesia Aghia Epifania Jakarta
Foto didapat dari sini 


Blog ini dimaksudkan sebagai bahan perenungan, pencerahan dan penambahan wawasan mengenai iman kekristenan asali dengan maksud menghangatkan nurani kita untuk lebih mencintai Kristus dan Gereja-Nya. Blog ini disusun dengan bahasa yang santun dan mudah dipahami agar dapat menjadi media yang arif, cerdas dan menjangkau sebanyak mungkin pembaca.

Selamat membaca!
Kristus beserta kita.