Sunday, February 19, 2017

Bab Empat: Peperangan yang Hening dan Tak Kasat Mata



Kini setelah kita memahami medan tempur yang akan kita hadapi, apa dan dimana sasaran kita, dan kita juga paham betul mengapa peperangan yang akan kita hadapi ini disebut sebagai peperangan tak kasat mata. Semua peperangan ini terjadi di dalam hati kita, dalam keheningan jauh di relung jiwa kita; dan ini juga menjadi hal pokok yang snagat penting untuk kita ingat wejangan dari para Bapa Suci: jagalah mulut kita dalam keheningan akan rahasia kita. Jika orang sauna membuka pintunya, maka panas uapnya akan memudar dan sia-sia saja mengharapkan panasnya uap.

Maka rahasiakanlah maksud muliamu ini. Jangan pamerkan kehidupan dan niatan baru yang engkau jalankan ini. Biarlah ini semata antara Anda dan Allah. Tentunya, satu pengecualian kepada bapak rohanimu. Keheningan sangatlah perlu karena segala omongan mengenai diri sendiri memupuk subur perhatian terhadap diri sendiri dan rasa mengandalkan diri. Hal-hal inilah yang justru harus dihempaskan dari mulanya! Melalui keheningan, rasa berserah kita bertumbuh di dalam dia yang melihat apa yang tersembunyi; melalui kesenyapan seseorang berbicara kepada Dia yang dapat mendengar tanpa kata-kata. Datang kepada-Nya adalah bagian dari ikhtiarmu; dan biarlah hanya di dalam Dia segala pengharapanmu, dalam kekekalan tidak akan ada kata-kata yang cukup untuk memuliakan-Nya.

Sadarilah bahwa segala yang terjadi denganmu, baik itu besar ataupun kecil, dikirimkan oleh Allah untuk menolongmu dalam pertempuran ini. Hanya Dia yang benar-benar mengerti apa yang engkau perlukan dan apa yang sesungguhnya engkau butuhkan saat ini: kesulitan atau kesejahteraan, ujian dan kejatuhan. Tidak ada sejatinya yang terjadi secara acak, yang tidak dapat Anda ambil pelajarannya; segera mengertilah hal ini, sebab dengan cara inilah imanmu bertumbuh di dalam Tuhan yang Anda ikuti.

Wejangan lain dari para kudus: engkau mesti melihat dirimu sebagai kanak-kanak yang mulai belajar bicara dan belajar berjalan. Segala kebijaksanaan duniawi dan skill yang kita miliki akan sia-sia saja dalam peperangan yang menantimu, dan pula semua status sosialmu dan kekayaanmu tidak berpengaruh. Kekayaan yang tidak digunakan untuk melayani Allah merupakan beban, dan pengetahuan yang tidak mengubahkan hati itu gersang dan justru membahayakan, sebab hal itu penuh prasangka. Itulah jenis pengetahuan yang 'telanjang' sebab tidak diselimuti kehangatan busana kasih. Anda harus menanggalkan pengetahuan diri yang semu, menjadi sederhana agar bertambah bijak, dan menjadi miskin di hadapan Allah agar diperkaya dengan iman, menjadi yang lemah agar menjadi kuat dalam kesejatian.

Sunday, February 5, 2017

Bab Tiga: Taman Hati



Hidup yang baru dalam pertobatan yang kita tapaki ini sering diumpamakan sebagai sebuah kebun. Tanah yang dia kerjakan itu dari Allah, begitu juga benih dan sinar mentari bahkan juga daya untuk bertumbuh. Namun usaha dan kerajinan diserahkan kepada pekerjanya.

Jika sang petani ingin agar panennya melimpah, dia harus berangkat pagi buta dan kembali sampai petang, menyiangi dan mencabuti rumputnya, mengairi dan membasmi hama, sebab perihal mengerjakan hasil dikelilingi banyak bahaya. Dia harus bekerja tanpa lelah, tekun, waspada, selalu siap; namun lebih-lebih lagi seluruh hasil panen itu bergantung kepada Allah.

Taman yang kita kerjakan dan pelihara adalah taman di hati kita; panennya adalah kehidupan kekal. Ialah kekal sebab ia berada di luar ruang dan waktu, tidak tergantung keadaan eksternal. Inilah hidup dalam kebebasan sejati, hidup dalam kasih dan terang, yang tidak mengenal batas, maka itu disebut kekal. Itulah kehidupan yang rohani dan di ranah rohani: wujud kodrat ilahi. Hidup itu dimulai dari sini namun tidak akan berakhir, tidak ada kekuatan di bumi yang mampu merampasnya, dan itu ditemukan di dalam hati manusia.

Tekanlah dirimu, kata St. Ishak dari Suriah, dan musuh-musuhmu nisacay mundur saat engkau mendekat. Berdamailah dengan dirimu, maka langit dan bumi niscaya berdamai denganmu. Berpeluhlah untuk masuk ke dalam ruang maha kudus di dalam hatimu dan engkau akan melihat sorga, sebab mereka itu sama dan satu, dan ketika engkau masuk, engkau memasuki hal yang sama. Tangga kepada Kerajaan itu ada dalam engkau, tersembunyi dalam jiwamu. Hempaskanlah beban dosa di dalam hatimu dan engkau akan menemukan jalan naik yang akan memungkinkan kenaikanmu. Kerajaan sorgawi yang dibicarakan sang santo inilah nama lain dari kehidupan yang kekal. Juga di sebut kerajaan kebenaran, Kerajaan Allah, atau sederhananya: Kristus. Hidup di dalam Kristus adalah hidup dalam kekekalan.