Sunday, December 18, 2016

St. Anna orang Kurdi

Kisah Hidup Martir Baru Anna orang Kurdi
22 Desember/ 4 Januari
Ikon St. Anna



Anna M. Kaloyan merupakan salah satu Martir Baru yang menderita demi Kristus pada masa pasca-Soviet sekarang ini. Anna Kaloyan dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1987 dalam sebuah keluarga Yezidi dan tinggal di desa Bazkovskaya distrik Shokolov di wilayah Rostov.
Pada musim gugur 2012 sang gadis menerima Kristus dan menjadi Kristen.

Valerius Kharitonov, imam senior dari biara Sretensky, melayankan sakaramen Baptisan kudus. Anna menjadi umat yang taat dan rajin kendatipun dibawah tekanan dari kerabat Yezidinya dan mencoba untuk menghabiskan waktu luangnya di gereja. Dia amat tekun dan mudah membantu. Semua keluarga dekatnya, bapak, ibu dan segenap komunitas Yezidinya membujuknya untuk menyangkal Kristus dan kembali kepada agama Yezidi, namun segala usaha mereka untuk memaksanya termasuk juga dengan kekerasan dan ancaman sia-sia saja.

Begitu puasa Kelahiran Kristus dimulai, Anna memperbanyak pengakuan dosa dan mengambil Perjamuan. Dia memperiapkan diri untuk merayakan natal dan menjahit sendiri baju yang indah, namun rupanya dia ditentukan untuk tidak merayakan hari raya ini di bumi. Pada tanggal 4 Januari 2013 dini hari, sang gadis belia ini didera kepada kematian oleh orang tuanya sendiri. Mula-mula mereka mematahkan kaki Anna supaya tidak bisa melarikan diri, lantas ayahnya mulai memukuli seluruh tubuhnya dengan linggis sementara ibunya memukuli kepalanya dengan tongkat kayu. Setiap pukulan itu disertai dengan pemaksaan agar dia menyangkal Kristus, namun setiap kali pula sang martir menolak paksaan itu.

Maka pada hari yang sama saat Gereja Kudus merayakan pesta Anastasia dari Sermium, Anna Kaloyan menanggung kemartiran demi kasih akan Kristus di tangan kedua orang tuanya sendiri. Ayah dari sang martir mengakui kesalahan pembunuhan atas anak perempuannya sendiri dan dihukum 7 tahun penjara. Sang martir dikuburkan di dekat desa Verkhnetokinsky di komplek kuburan Yezidi namun dijauh-jauhkan dari kubur Yezidi yang lain. Kuburan sang martir pun dihormati oleh umat Kristen Ortodoks.

Penulis telah berbicara dengan Basilius Khadykin, imam dari Keuskupan Shakhtinskaya, dan beliau mengatakan bahwa Anna Kaloya dihormati sebagai Martir Suci. Sebagai ketua komisi di Keuskupan untuk kanonisasi orang kudus, beliau mengumpulkan materi bagi penyataan Sang Martir Baru dalam Gereja Ortodoks Rusia.

Rahib Madai (Maamdi)
Sumber: «Five years of ministry» [Lima tahun hidup pelayanan]- Keuskupan Shakhtinskaya, h. 92

Monday, December 5, 2016

Kenangan-Kenangan akan St. Porfirius

Ditulis oleh  
Christopher Veniamin, diterjemahkan untuk RBO

Suatu kali, sewaktu saya masih mahasiswa Theologi di Universitas Tesalonika, Romo Zakarias mengajak saya untuk menemaninya berkunjung ke tempat Bapa Porfirius di Athena untuk menerima berkatnya. Saya menyetujuinya dengan semangat.

Kami terbang ke Athena dengan pesawat, dan itu merupakan penerbangan yang seru, sebab kami menyanyikan kidungan Kamis Kudus (Antifon Dua belas Injil) sepanjang perjalanan. Menjelang mendarat cukup menakutkan sih, sebab pesawatnya miring ke samping saat menurun hendak mendarat.

Kami tinggal di sebuah rumah yang kecil malam itu, dan semua yang saya ingat agalah saat saya bangun, saya mendengar Rm Zakarias berdoa. Saya ingin bergabung, namun saya tidak jadi sebab beliau sedang berdoa dengan sangat khusyuk. Saya juga ingat pagi itu saya makan apel yang terlezat seumur hidup saya.

Kami sudah siap dan bergegas ke kediaman Bapa Porfirius. Saat kami sampai ke sana, sepertinya kami langsung bisa menemuinya, yang adalah hal yang tidak biasa, sebab biasanya pasti sudah ada orang-orang yang menunggunya di luar gubuknya.

Sang geronda menyambut kami dengan segera, dan begitu kami masuk ke dalam gubuknya, Bapa Porfirius bertana kepada Rm Zakarias apakah dia bisa membuat dupa. Rm Zakarias menjawab dengan tenang bahwa dia bisa, sebab itu adalah kerja ketaatannya saat di biara selama bertahun-tahun. "Ceritakan bagaimana kamu membuat dupa, nak," tanyanya.

Saya kebingungan, begitu juga Rm Zakarias mengapa gerangan Geronda sangat tertarik untuk tahu bagaimana cara membuat dupa saat ini. Namun, Rm Zakarias dengan sabar melanjutkan penjelasannya. Jujur saja, penjelasannya di luar pengertiannya, sebab saya sendiri belum pernah membuat dupa. Sampai suatu waktu sang Geronda memotong penjelasan Rm Zakarias dan mengatakan, "Nah, betul, dengan begitu dupanya nanti lebih awet".
"Ya, Romo!" kata Romo Zakarias. "Terima kasih, Geronda; namun bukanlah maksud saya untuk datang ke sini membicarakan hal ini."
"Benar sekali", Geronda Porfirius menjawab. "Adikmu perempuah. Dia belum punya anak. Itu adalah masalah psikis. Setahun lagi, dia akan melahirkan."
Rm Zakarias dan saya saling melihat dengan takjub. Pasalnya, Rm Zakarias memang sudah menceritakan tentang adiknya saat dalam perjalanan dari Tesalonika, jadi saya paham, namun dari mana sang rahib tahu?

Selanjutnya, setelah terdiam karena takjub, Rm Zakarias bertanya sang Santo jika mungkin memang sudah berkat untuk adiknya itu untuk tanpa anak di dunia. Lalu Gerdonda menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak. 'Pergilah dan betambahlah banyak.'

Banyak lagi hal lain yang terjadi di hari itu, dan berkaitan dengan hal ini. Namun saya teramat heran bagaimana Allah mengizinkan saya untuk dapat menyaksikan penyataan yang mengherankan ini. Saya dapat melihat bagaimana dia saya amatlah lemah bahkan untuk sekadar berdiri bersama Rm Zakarias pagi itu, namun Allah masih berkenan untuk menyaksikan pemikiran, pra-tahu dan kebijaksanaan Bapa Porfirius dan terlebih lagi kerendahan hatinya yang seperti Kristus.

Kemuliaan bagi Allah, yang dahsyat di antara para kudus-Nya!
Ampunilah kesalahan saya, saudara-saudara, dan selamat merayakan perayaan St. Porfirius!

Christopher Veniamin