Diterjemahkan dari tulisan St. Nikolai dari Ohrid dan Zika
“Air Kehidupan”
Pertama - Karena iman kita adalah cahaya terang.
Kristus bersabda: Akulah terang dunia (Yohanes 8:12). Cahaya terang dari lilin/lampu
minyak mengingatkan kita akan terang
cahaya Kristus yang menerangi jiwa kita.
Kedua - agar kita diingatkan akan kemilau kebajikan
yang gemilang dari Santo yang kita nyalakan lilinnya, sebab para orang kudus
itu di sebut sebagai anak-anak terang (Yohanes 12:36; Lukas 16:8).
Ketiga - agar menjadi teguran atas kegelapan perbuatan
kita, atas pikiran dan keinginan jahat kita, dan untuk memanggil kita ke dalam
terang injil; sehingga kita lebih tekun lagi menaati perintah-perintah Sang
Juru Selamat : ”Biarlah terangmu bercahaya di depan banyak orang, sehingga
merreka dapat melihat perbuatan baikmu...” (Matius 5:16 ).
Keempat - agar nyala api
lilin kita menjadi suatu korban persembahan sederhana kita kepada Tuhan, yang
memberikan Diri-Nya secara penuh sebagai korban bagi kita; dan sebagai tanda
yang tak seberapa dari rasa terima kasih kita yang berlimpah-limpah serta kasih
kita yang menyala-nyala kepada Kristus, yang kepada-Nya kita mohon dalam
doa-doa kita bagi kehidupan, kesehatan dan keselamatan serta segala sesuatu
yang hanya dapat dilimpahkan oleh Sang Pengasih yang sorgawi.
Kelima – agar
kekuatan-kekuatan jahat lari tunggang langgang, yakni kekuatan yang
kadang-kadang menyerang kita bahkan di saat kita sedang berdoa. Si jahat suka
akan kegelapan dan gentar di hadapan terang, khususnya di hadapan terang Allah dan di hadapan terang dari mereka yang
menyukakan hati-Nya.
Keenam- agar cahaya
terang ini membangkitkan kita kepada penyangkalan diri. Sebagaimana minyak dan
sumbu terbakar pada lampu minyak, dengan kerelaan penuh, biarlah jiwa kita juga
dinyalakan dengan nyala kasih di dalam penderitaan kita, senantiasa kita dapat berserah kepada kehendak Tuhan.
Ketujuh – untuk
mengajarkan kita layaknya lampu minyak yang tidak menyala begitu saja tanpa tangan kita
yang menyalakan, demikian juga lampu minyak di dalam hati kita, takkan mungkin
menyala tanpa api suci dari rahmat Allah,
bahkan saat dipenuhi dengan segala macam kebajikan sekalipun. Segala kebajikan
kita itu laksana sumbu yang hanya dapat menyala saat disentuh oleh api yang
berasal dari Allah.
Kedelapan- untuk
mengingatkan kita, bahwa sebelum segala sesuatu tercipta, Sang Pencipta dunia
ini menciptakan terang, baru setelah itu menciptakan semua yang lain secara
teratur: Maka berfirmanlah Allah, “Jadilah terang” (Kejadian 1:3). Dan
semestinya begitu juga dengan kehidupan rohani kita, sebelum segala sesuatunya,
biarlah terang Kristus yang bercahaya di dalam kita. Dari terang kebenaran
Kristus inilah, segala perbuatan yang baik terlahir, bertumbuh dan berkembang
di dalam diri kita.
love it!
ReplyDeleteSv.Nikolaj doakan kami!