Monday, November 21, 2016

Mengapa Kita Menyalakan Lilin/Lampu Minyak (Kandili) di Depan Ikon?

Diterjemahkan dari tulisan St. Nikolai dari Ohrid dan Zika
“Air Kehidupan”
Pertama -  Karena iman kita adalah cahaya terang. Kristus bersabda: Akulah terang dunia  (Yohanes 8:12). Cahaya terang dari lilin/lampu minyak  mengingatkan kita akan terang cahaya Kristus yang menerangi jiwa kita.

Kedua -  agar kita diingatkan akan kemilau kebajikan yang gemilang dari Santo yang kita nyalakan lilinnya, sebab para orang kudus itu di sebut sebagai anak-anak terang (Yohanes 12:36;  Lukas 16:8).

Ketiga -  agar menjadi teguran atas kegelapan perbuatan kita, atas pikiran dan keinginan jahat kita, dan untuk memanggil kita ke dalam terang injil; sehingga kita lebih tekun lagi menaati perintah-perintah Sang Juru Selamat : ”Biarlah terangmu bercahaya di depan banyak orang, sehingga merreka dapat melihat perbuatan baikmu...”  (Matius 5:16 ).

Keempat - agar nyala api lilin kita menjadi suatu korban persembahan sederhana kita kepada Tuhan, yang memberikan Diri-Nya secara penuh sebagai korban bagi kita; dan sebagai tanda yang tak seberapa dari rasa terima kasih kita yang berlimpah-limpah serta kasih kita yang menyala-nyala kepada Kristus, yang kepada-Nya kita mohon dalam doa-doa kita bagi kehidupan, kesehatan dan keselamatan serta segala sesuatu yang hanya dapat dilimpahkan oleh Sang Pengasih yang sorgawi.
Kelima – agar kekuatan-kekuatan jahat lari tunggang langgang, yakni kekuatan yang kadang-kadang menyerang kita bahkan di saat kita sedang berdoa. Si jahat suka akan kegelapan dan gentar di hadapan terang, khususnya di hadapan terang  Allah dan di hadapan terang dari mereka yang menyukakan hati-Nya.


Keenam- agar cahaya terang ini membangkitkan kita kepada penyangkalan diri. Sebagaimana minyak dan sumbu terbakar pada lampu minyak, dengan kerelaan penuh, biarlah jiwa kita juga dinyalakan dengan nyala kasih di dalam penderitaan kita, senantiasa kita dapat  berserah kepada kehendak Tuhan.

Ketujuh – untuk mengajarkan kita layaknya lampu minyak yang  tidak menyala begitu saja tanpa tangan kita yang menyalakan, demikian juga lampu minyak di dalam hati kita, takkan mungkin menyala tanpa api suci dari rahmat  Allah, bahkan saat dipenuhi dengan segala macam kebajikan sekalipun. Segala kebajikan kita itu laksana sumbu yang hanya dapat menyala saat disentuh oleh api yang berasal dari Allah.

Kedelapan- untuk mengingatkan kita, bahwa sebelum segala sesuatu tercipta, Sang Pencipta dunia ini menciptakan terang, baru setelah itu menciptakan semua yang lain secara teratur: Maka berfirmanlah Allah, “Jadilah terang” (Kejadian 1:3). Dan semestinya begitu juga dengan kehidupan rohani kita, sebelum segala sesuatunya, biarlah terang Kristus yang bercahaya di dalam kita. Dari terang kebenaran Kristus inilah, segala perbuatan yang baik terlahir, bertumbuh dan berkembang di dalam diri kita.

Kiranya Terang  Sang Kristus menerangi kita sekalian juga.

1 comment: