Berdiri saat beribadah sudah menjadi sikap tubuh yang wajar bagi umat Kristen Ortodoks sejak semula. Melalui ketaatan untuk berdiri saat beribadat, kita berperilaku seperti hamba setia dari Tuhan, yang menyembah di hadapan Tahta-Nya. Kita menyadari bahwa rumah Allah bukanlah tempat untuk berleha-leha atau mencari hiburan, dimana kita bisa bersantai dan menonton panggung hiburan, namun menjadi lokus, tempat kita bertemu dengan Allah kita. Rasul Kudus Paulus menuliskan, "Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman!" (1 Kor. 16:13); dan "Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan..." (Efesus 6:14)
Umat Kristiani harus selalu berjaga-jaga di dalam roh, terlebih-lebih saat menghadiri Liturgi Suci. Saat kita berdiri untuk menyembah, kita menahankan diri kita untuk memperhatikan dengan sungguh dan dengan sepenuh diri kita menyembah Allah dengan tubuh, akal budi dan jiwa kita. Kita mempersembahkan diri kita kepada Allah sebagai hambanya yang dina, menghaturkan perhatian sebulat hati kepada-Nya. Saat kita menjadi tepar dan kelelahan setelah ibadah panjang, sejatinya kita menjadi persembahan yang hidup kepada Allah yang kita sembah.
Santo Paulus berkata, "Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati".( Roma 12:1), dan sabda dari Sang Kristus sendiri, "... Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25)
Teriring kasih dalam Kristus,
Abbot Tryphon
Abbot Tryphon of Vashon Island |
No comments:
Post a Comment