Thursday, May 18, 2017

Bab Sembilan: Mengalahkan Dunia


St. Basilius Agung berkata: Seseorang tak akan bisa mencapai pengetahuan akan kebenaran dengan hati yang gundah. Karena itu kita harus berupaya sedemikian rupa menghindari apapun yang menyandera hati kita yang menyebabkan kita lupa, memanjakan hawa nafsu, dan yang menyebabkan ketidak-damaian. Kita harus membebaskan diri kita dari sebanyak mungkin dari rasa kepo dan kesia-siaan dan gengsi.

Ya, ketika kita melayani Tuhan, kita tidak perlu dicemaskan oleh banyak perkara, namun selalu ingat bahwa satu hal saja yang perlu (bdk. Lukas 10:41). Agar bisa mandi dengan bersih, seseorang harus menanggalkan pakaiannya. Begitu juga dengan hati kita: hati harus dibebaskan dari selubung eksternal duniawi sehingga dapat dijangkau oleh sabun pembersih. Sinar mentari yang menyehatkan tidak akan bisa menembus badan kita saat kita menyelubunginya dan tidak mengeksposnya. Begitu juga dengan rahmat ROh Kudus yang mneyembuhkan dan memberi hidup. Maka: Bukalah selubung kekuatiran itu. Sangkallah dirimu, namun jangan sampai terlalu kentara. Sangkallah dengan bertahap segala sesuatu yang mendatangkan kesenangan dan kenikmatan, kenyamanan dan hiburan, segala sesuatu yang membawa kesenangan dan keseruan bagi mata, teliga, nafsu makan atau indera yang lain. Dia yang tidak bersama-sama aku, melawan aku (Matius 12:30), dan apa yang tidak membangun, meruntuhkan. Perlahan-lahan putuskanlah segala pertalian yang mengikatmu kepada dunia ini secara sosial, namun lakukanlah dengan sangat perlaahat tanpa terlalu nyata. Misalnya undangan, kinser, kekayaan pribadi, dan terutama yang berhubungan dengan keduniawian, nafsu daging dan nafsu ego dan kesombongan, sebab semuanya itu bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia ini, dan hal itu menggerogoti jiwamu (I Yoh 2:16).

Apakah 'dunia' itu? Janganlah membayangkan hal-hal ekstrim dan macam-macam. Dunia , sebagaimana yang dijelaskan oleh St. Makarius dari Mesir, adalah selubung api hitam yang membayangi hati kita dan menjauhkan kita dari pohon kehidupan. Dunia adalah segala sesuatu yang mencengkram kita dan memuaskan kita secara inderawi: semua yang di dalam kita yang tidak mengenal Allah (Yoh. 17:25). Dari dunialah keinginan dan desakan hasrat kita. St. Ishak dari Siria menyebutkannya: Kelemahan sehingga berhasrat untuk mengumpulkan banyak harta benda; desakan untuk menyenangkan badan dengan nafsu; mencari hormat, yang adalah akar dari rasa iri; keinginan untuk menaklukan dan menjadi orang penting, riak dan bangga karena kemuliaan diri; desakan untuk memperindah tubuh dan agar disukai; kehausan akan pujian; perawatan dan kegelisahan yang menggebu-gebu tentang kesehatan dan bentuk tubuh. Semua itu berasal dari dunia ini. Hal-hal ini mengikatkan kita pada kuk yang sangat berat. Jika engkau ingin membebaskan dirimu sendiri, ujilah dirimu sendiri dengan bantuan daftar tersebut yang begitu mudah untuk diamati, dan berusahalah dengan setia untuk melawannya dan mendekat kepada Allah. Sebab persahabatn dengan dunia ini adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4). Pemandangan yang luas hanya bisa disaksikan dari atas bukit yang tinggi, dengan meninggalkan lembah yang sempit, kegelisahan dan kesenangan adalah ciri khas dari lembah ini. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24); untuk mengarungi lembah dan puncak bukit yang sama pada waktu bersamaan adalah hal yang mustahil.



Agar bisa mendaki dengan mudah, kita harus melepaskan beban yang terlalu berat, sama halnya dengan hati kita. Mari kita sempatkan bertanya: "Apakah saya nonton ini demi kesenangan saya pribadi atau kesenangan orang lain? Apakah saya menyangkal diri saya sendiri dalam pesta koktail? Apakah saya 'menjual dan memberikan harta' saya saat saya jalan-jalan dan melakukan tamasya? Apakah saya mengekang tubuh saya dan mengendalikannya (I Kor. 9:27) saat leha-leha dan membaca? Pertanyaan itu bisa dibalik dan ditambahi seturut dengan kebiasaan-kebiasaan Anda dan yang ada kaitannya dengan gaya hidup yang menaati perintah Injil. Karena itu, ingatlah bahwa jikalau engkau setia dalam perkara kecil, juga setia dalam perkara yang besar (Lukas 16:10). Janganlah takut akan rasa sakit; itulah yang sangat menolongmu keluar dari lembah sempit; dimana anda tinggal dalam pelbagai hasrat kedagingan mengikuti keinginan tubuh dan pikiran ( Efesus 2:3). Tanpa tanggung, tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan itu kepada diri sendiri terus menerus tanpa henti. Hanya kepada diri sendiri dan janganlah sesekali kepada orang lain. Seketika saat engkau memasang ukuran itu kepada orang lain, maka kita sedang menghakimi. Anda sudah merampok diri sendiri apa yang anda telah menangkan melalui penahanan diri; mungkin anda sudah maju selangkah, namun sekarang mundur sepuluh langkah: dan itu akan menjadi alasan untuk menangisi ketakmampuan kita, kegagalan kita untuk maju dan atas kesombongan kita.

No comments:

Post a Comment